Langit yang menaungi dan bumi yang terhampar tempat manusia hidup.Juga memperhatikan pergantian siang dan malam.Semuanya itu penuh dengan ayat-ayat, tanda-tanda kebesaran Allah Swt. Dalam ayat 190 surah Ali Imran: menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta keindahan dan keajaiban ciptaan-Nya juga silih bergantinya siang dan malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh kita dan cara berpikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan pengaruhnya yang ada pada dunia flora dan fauna merupakan tanda dan bukti yang menunjukkan keesaan Allah, kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaan-Nya.
Kemudian datanglah Bilal untuk azan subuh dan melihat Nabi saw menangis ia bertanya: "Wahai Rasulullah! Mengapakah Rasulullah menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang terdahulu maupun yang akan datang". Nabi menjawab: "Apakah saya ini bukan seorang hamba yang pantas dan layak bersyukur kepada Allah Swt? Dan bagaimana saya tidak menangis?Pada malam ini Allah Swt telah menurunkan kepadaku surah Ali Imran ayat 190. Selanjutnya beliau berkata: "Alangkah rugi dan celakanya orang-orang yang membaca ini dan tidak memikir dan merenungkan kandungan artinya.
Pada ayat 191 mendefinisikan orang-orang yang mendalam pemahamannya dan berpikir tajam (Ulul Albab), yaitu orang yang berakal, orang-orang yang mau menggunakan pikirannya, mengambil faedah, hidayah, dan menggambarkan ke Agungan Allah. Ia selalu mengingat Allah (berdzikir) di setiap waktu dan keadaan, baik di waktu ia beridiri, duduk atau berbaring. Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa objek dzikir adalah Allah, sedangkan objek pikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa fenomena alam.Ini berarti pengenalan kepada Allah lebih banyak didasarkan kepada kalbu, Sedang pengenalan alam raya oleh penggunaan akal, yakni berpikir. Akal memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki keterbatasan dalam memikirkan Dzat Allah.
Ulul albab adalah orang-orang yang memiliki akal yang murni sehingga tidak akan mengalami kerancuan dalam berfikir. Dengan kegiatan berfikir manusia akan melahirkan temuan-temuannya yang merupakan bagian dari mengungkap rahasia keagungan ilmu Allah Swt, melalui fenomena alam. Di sisi lain, dalam sabda Nabi Muhammad Saw. dalam riwayat Abu Umamah dijelaskan bahwa “keutamaan orang ‘alim (berilmu, yang berarti berfikir) atas ‘abid (orang ahli ibadah, seperti keutamaanku (Nabi Saw) atas orang yang paling rendah di antara kalian (sahabat).
Dalam ayat tersebut mendahulukan dzikir atas pikir, karena dengan dzikir mengingat Allah Swt dan menyebut nama-nama dan keagungan-Nya, hati akan menjadi tenang. Dengan ketenangan, pikiran akan menjadi cerah bahkan siap untuk memperoleh limpahan ilham dan bimbingan ilahi. Dalam konteks pikir/akal, Syekh Muhammad Abduh menjelaskan bahwa al-Qur’an adalah sumber informasi dan konfirmasi bagi akal.
Orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya untuk kebaikan, maka dampaknya sangat luas tidak hanya untuk sesama manusia, bahkan lingkungan dan makhluk lainnya pun mendapatkan manfaat ilmunya orang ‘alim tersebut. Sedangkan ‘abid, ibadahnya hanya untuk dirasakan sendiri dan untuk kepentingan dirinya sendiri.
Orang-orang yang berdzikir lagi berfikir mengatakan: "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan makhluk ini semua, yaitu langit dan bumi serta segala isinya dengan sia-sia. Ucapan ini adalah lanjutan perasaan sesudah dzikir dan pikir, yaitu tawakkal dan ridha, berserah dan mengakui kelemahan diri. Sebab itu bertambah tinggi ilmu seseorang, seyogyanya bertambah pula dia mengingat Allah. Sebagai tanda pengakuan atas kelemahan diri itu, dihadapan kebesaran Tuhan.
Demikian ringkasan ceramah bintal Pengadilan Agama Stabat yang disampaikan oleh Drs. Nur Aljumat, S.H., M.H. pada hari Rabu tanggal 19 Jumadil Akhir 1439 H/7 Maret 2018, semoga dengan berzikir dan berpikir tentang kejadian langit, bumi, perbedaan siang dan malam, maka keimanan kita kepada Allah Swt semakin kuat.